Keutamaan Menghindari
Ketenaran dan Kepemimpinan
Dari Abu Hurairah radhiallahu
'anhu, Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:
«تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ، وَعَبْدُ
الدِّرْهَمِ، وَعَبْدُ الخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ
سَخِطَ، تَعِسَ وَانْتَكَسَ، وَإِذَا شِيكَ فَلاَ انْتَقَشَ، طُوبَى لِعَبْدٍ
آخِذٍ بِعِنَانِ فَرَسِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أَشْعَثَ رَأْسُهُ، مُغْبَرَّةٍ
قَدَمَاهُ، إِنْ كَانَ فِي الحِرَاسَةِ، كَانَ فِي الحِرَاسَةِ، وَإِنْ كَانَ فِي
السَّاقَةِ كَانَ فِي السَّاقَةِ، إِنِ اسْتَأْذَنَ لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ، وَإِنْ
شَفَعَ لَمْ يُشَفَّعْ»
Artinya: “Binasalah hamba dinar,
hamba dirham dan hamba khamishah (pakaian tebal/ sutra); apabila diberi
dia ridha, dan apabila tidak diberi dia mencela, binasalah dan merugilah apabila
dia tertusuk duri dia tidak bisa melepaskannya, sungguh baik seorang hamba yg
mengambil tali kekang kudanya utk berjihad di jalan Alloh; rambutnya kusut dan
kedua kakinya berdebu. Apabila dia menjaga benar-benar menjaga, dan apabila dia
dibarisan belakang dia benar-benar menjaga barisan belakang. Apabila dia minta
izin tidak diizinkan dan apabila memberi syafaat (rekomendasi) tidak diterima
syafaatnya.” [HR. Bukhari: 2887]
‘Amir bin Sa'ad berkata:
“Ketika itu Sa'ad bin Abi Waqas sedang
bersama unta-untanya, datanglah anaknya yang bernama Umar. Ketika Sa'ad melihat
anaknya dia berkata: “Aku berlindung kepada Allah dari keburukan pengendara
ini”. Kemudian anaknya turun dari kendaraannya dan berkata: “Apakah Ayah
masih saja sibuk dengan unta-unta dan kambing-kambingmu, sementara orang-orang sibuk
berebut kekuasaan di antara mereka?” Kemudian Sa'ad menepuk dada anaknya
dan berkata: "Diam!" , saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
«إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ،
الْغَنِيَّ، الْخَفِيَّ»
“Sesungguhnya Allah
mencintai hamba yang bertaqwa, yang kaya (merasa cukup dari manusia) dan tersembunyi”.
[HR. Muslim: 2965]
Penjelasan:
Cinta penghormatan dan
kepemimpinan merupakan perkara yang merusak keikhlasan dalam beramal. Oleh karenanya,
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi kita untuk sembunyi-sembunyi
dalam beramal dan menjauhi segala perkara yang akan membuat tenar. Karena hal
tersebut lebih baik bagi keselamatan agama kita dan menjauh dari fitnah.
Faidah:
1. Motivasi untuk menjadi pribadi
yang tawadhu’ (rendah hati) dan lari dari ketenaran.
2. Disukai beramal dengan sembunyi-sembunyi
dan merasa cukup dari manusia.
Diterjemahan oleh: Ummu Fathin
dan Abu Fathin, Lc.
Dari Kitab: Ad-Durus
Al-Yaumiyah min As-Sunan wa Al-Ahkam Asy-Syar’iyah
Karya: Rasyid bin Husain Al-Abdul
Karim
Wonogiri, 14 April 2019
#zuhud #tenar #cintadunia
0 komentar:
Posting Komentar