Halaman

Selasa, 23 Juli 2013

Perjalanan Ruh Setelah Mati




            Telah tersebar di masyarakat kita sebuah keyakinan yang melekat di hati mereka, bahwa ruh orang yang telah meninggal dunia karena mati penasaran bisa gentayangan untuk menakut-nakuti manusia maupun sekedar menengok keluarga yang ditinggalkannya, pada malam Jum’at.
            Benarkah itu adanya?
            Masalah ruh merupakan perkara ghaib, tidak mungkin kita mengetahui dengan pasti, hanya berdasarkan perkataan nenek moyang, melainkan harus dengan dalil yang datangnya dari Yang Maha Mengetahui.
            Alloh Subahanahu wa Ta'ala telah berfirman:
}وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا{
Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". [QS. Al-Israa`: 85]
            Oleh Karena itu, untuk menjawab pertanyaan ini kita harus kembali kepada petunjuk Al-Qur`an dan As-Sunnah, karena akal kita terbatas tidak mampu mencerna hal semacam ini.
            Itulah hikmah kenapa Alloh merahasiakan masalah ruh; untuk menyadarkan kita akan kelemahan akal kita dari pengetahuan tentang makhluk yang berada dalam diri kita sendiri (ruh kita), apalagi tentang penciptanya, tentu lebih tidak mengetahuinya. Seandainya kita sadar akan hal itu, niscaya kita tidak berlaku sombong dan selalu menimbang baik-buruk suatu perkara dengan syari’at, tidak dengan hawa nafsunya. [Lihat: Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur`an jilid: 10, hlm. 283]

1. Perjalanan Ruh Orang Mukmin
            Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa: ketika seorang mukmin meninggal, maka turunlah malaikat dengan wajah putih bersinar dengan membawa kain kafan & kamfer dari surga.
            Kemudian, datanglah malaikat maut seraya berkata: “Wahai ruh yang baik keluarlah kamu menuju ampunan Alloh dan keridloan-Nya.” Maka ruh itu pun keluar dari jasadnya sebagaimana menetesnya air yang keluar dari mulut cerek, lalu diletakkan di atas kain kafan dari surga yang menyebarkan bau harum minyak kasturi.
            Para malaikta membawanya naik ke langit dan tidaklah ruh itu melewati seorang malaikat, melainkan malaikat tersebut akan bertanya: “Ruh siapakah yang menyebarkan bau harum ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab: “(Ruh) fulan bin fulan” –mereka menyebutkan nama panggilannya yang baik.
            Sesampai langit ke tujuh mereka berhenti, kemudian Alloh 'Azza wa Jalla berfirman: “Catatlah buku catatan amal hamba-Ku ini di ‘illiyyin’” (yaitu: buku catatan amal shalih orang-orang mukmin).
            Selanjutnya Alloh berfirman: “Kembalikanlah ruh ini ke bumi, karena Aku telah berjanji bahwa darinya Aku menciptakan mereka, padanya Aku mengembalikan mereka dan darinya Aku mengeluarkan mereka pada kesempatan yang lain.”
            Kemudian ruh itu dikembalikan ke bumi dan dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua malaikat seraya mendudukkannya dan bertanya padanya: “Siapa Robbmu?” Ia menjawab: “Tuhanku Alloh” Keduanya bertanya: “Apa agamamu?” Ia menjawab: “Agamaku Islam” Keduanya bertanya: “Siapakah laki-laki yang telah diutus di tengah-tengah kamu?” Ia menjawab: “Ia adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam” Keduanya bertanya: “Apa yang telah kamu lakukan?” Ia menjawab: “Aku membaca Kitab Alloh (Al-Qur`an), kemudian aku mengimaninya serta membenarkannya.”
            Lalu dihamparkan baginya permadani di surga, dipakaikan baju dari surga dan dibukakan baginya pintu surga. Maka terciumlah bau harum surga serta diluaskan kuburnya sejauh mata memandang.
            Setelah itu datanglah amal shalihnya dalam bentuk laki-laki rupawan menemaninya dan diperlihatkan baginya kenikmatan-kenikmatan surga, sehingga ia sangat merindukan hari kiamat dan memohon kepada Alloh agar menyegerakan datangnya hari kiamat.

2. Perjalanan Ruh Orang Durhaka/ Kafir
            Ketika orang yang durhaka/ kafir meninggal, turunlah kepadanya para malaikat yang kasar lagi keras dengan wajah hitam pekat dan membawa kain kafan yang kasar dari neraka. Kemudian datanglah malaikat maut berkata padanya: “Wahai ruh yang jelek keluarlah menuju kemurkaan serta kebencian Alloh!”
            Malaikat maut itu memaksa ruh tersebut untuk berpisah dengan jasadnya dan mencabutnya bagaikan mencabut besi tusukan daging yang banyak cabangnya dari bulu domba yang basah, dimana urat-urat sarafnya ikut terputus bersamaan dengan tercabutnya ruh.
            Kemudian ruh tersebut diletakkan di atas kafan dari neraka, lalu dibawa naik (ke langit) dan tersebarlah bau busuk. Setiap kali melewati malaikat mereka bertanya: “Ruh siapakah yang jelek ini?” Setibanya di pintu langit dunia, malaikat penjaganya tidak mau membukakan pintu baginya.
            Setelah itu, ruh tersebut dilemparkan ke dasar bumi hingga menimpa jasadnya. Maka datanglah dua malaikat seraya membentak dan mendudukannya seraya bertanya: “Siapa Rabbmu?” Ruh yang durhaka tadi hanya bisa menjawab: “Hah…hah…aku tidak tahu.” Kedua malaikat bertanya lagi: “Apa agamu?” Ia menjawab: “Hah…hah…aku tidak tahu.” Keduanya bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang laki-laki yang diutus di tengah-tengah kamu?” Ia pun tidak ingat sama sekali namanya dan tidak mengetahuinya. Lalu dihamparkan baginya permadani dari neraka dan dibukakan baginya pintu neraka, sehingga ia merasakan panas hembusan api neraka dan angin panasnya. Kemudian kuburnya menghimpitnya, sehingga tulang rusuknya hancur berantakan.
            Setelah itu datanglah amal buruknya dalam rupa manusia yang berwajah buruk, pakaiannya compang-camping dan berbau busuk seraya berkata padanya: “Aku ini adalah amalmu yang jelek. Demi Alloh, aku tidak mengetahuimu selain kamu adalah orang yang selalu melalaikan ketaatan kepada Alloh serta senantiasa bermaksiat kepada-Nya, sehingga Alloh membalasmu dengan kejelekan.”
            Kemudian orang (buruk rupa) tadi berubah menjadi buta, tuli dan bisu, tangannya menggenggam palu godam yang jika gunung dipukul dengannya akan hancur.
            Lalu dipukullah orang durhaka tadi dengan palu godam tersebut sehingga hancur menjadi tanah, iapun menjerit keras sekali yang didengar oleh setiap makhluk kecuali manusia dan jin. Alloh pun mengulang-ulang kejadian tersebut; setelah hancur dikembalikan lagi, setelah hancur dikembalikan lagi. Sehingga orang yang durhaka tadi berkat: “Wahai Tuhanku, janganlah Engkau melaksanakan kiamat.” [Diringkas dari Riwayat Imam Ahmad: IV/287, hadits shahih]
            Demikianlah perjalanan ruh orang mukmin dan orang durhaka antara bumi dan langit, hingga mereka ditanya oleh kedua malaikat (Munkar dan Nakir).
            Para ulama sepakat, bahwa setelah jenazah dimasukkan ke liang kubur, maka ia akan akan menerima kenikmatan kubur atau adzabnya, dimana hal itu akan dirasakan ruh dan jasadnya.
            Ruh akan tetap merasakan nikmat atau adzab kubur setelah ia berpisah dari jasadnya, serta sekali-kali ia berhubungan dengan jasadnya, sehingga ia bersama jasad merasakan nikmat/ adzab kubur.
            Setelah kiamat terjadi, ruh dikembalikan ke dalam jasad dan bangkit dari kubur mereka untuk menghadap Rabb semesta alam.

Kebenaran Siksa Kubur dan Neraka
            Siksa kubur dan api neraka merupakan perkara yang nyata dan benar adanya. Di antara dalil yang menunjukkan hal itu adalah sabda Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang berbunyi:
«يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ» ثُمَّ قَالَ: «بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ»
Artinya: “Keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar.” Nabi berkata: “Padahal itu dosa besar, dimana salah satu dari keduanya tidak menjaga diri dari air kencing, dan yang lain suka mengadu domba.” [HR. Bukhari: 216]
            Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah memperingatkan kita agar senantiasa berlindung dari siksa kubur terutama saat tasyahhud akhir sebelum salam:
«إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الْآخِرِ، فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ: مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ»
Artinya: “Jika salah seorang di antar kamu telah selesai tasyahhud akhir, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Alloh dari empat hal: dari siksa api neraka, siksa kubur, fitnah kehidupan dan setelah mati serta dari fitnah Dajjal.” [HR. Muslim: 588]
            Oleh karena itu, kita harus mengetahui sebab-sebab diadzabnya seseorang dalam kubur agar kita segera meninggalkannya, dan sebab-sebab diselamatkan darinya agar kita bisa melakukannya.

1.     Sebab-sebab mendapatkan adzab kubur 
Yaitu: karena melalaikan perintah-Nya dan bermaksiat pada-Nya, seperti: mengadu domba, menggunjing, sombong, memakan harta riba, meninggalkan shalat, zakat maupun puasa, curang ketika menakar, serta kemaksiatan lainnya yang dilakukan oleh hati, mata, telinga, mulut, lidah, perut, kemaluan, tangan, kaki dan badan secara keseluruhan.

2.     Sebab-sebab dilindungi dari adzab kubur
Secara garis besar yaitu dengan menghindari sebab-sebab yang mendatangkan adzab kubur dan memperbanyak melakukan ketaatan kepada Alloh 'Azza wa Jalla, mengikuti sunnah/ petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam serta bartaubat dari segala dosa dan maksiat.
            Akhirnya, semoga Alloh Subahanahu wa Ta'ala menjadikan kuburan kita semua dan kuburan segenap kaum muslimin sebagai sebuah taman dari pertmanan surga dan melindungi kita dari segala fitnah yang mengancam kita. Amiin…

_______________
Nopi Indrianto, B.Sh., M.H.

Referensi:  - Al-Qur`an Al-Karim
                        - Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur`an
                        - Shahih Bukhari
                        - Shahih Muslim
                        - Musnad Imam Ahmad
- Perjalanan Ruh Setelah Mati, karya: Khalid bin Abdurrahman asy-Syayi’.

1 komentar: