Telah
tersebar di masyarakat kita sebuah keyakinan yang melekat di hati mereka, bahwa
ruh orang yang telah meninggal dunia karena mati penasaran bisa gentayangan
untuk menakut-nakuti manusia maupun sekedar menengok keluarga yang
ditinggalkannya, pada malam Jum’at.
Benarkah
itu adanya?
Masalah
ruh merupakan perkara ghaib, tidak mungkin kita mengetahui dengan pasti, hanya
berdasarkan perkataan nenek moyang, melainkan harus dengan dalil yang datangnya
dari Yang Maha Mengetahui.
Alloh
Subahanahu wa Ta'ala telah berfirman:
}وَيَسْأَلُونَكَ
عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ
إِلَّا قَلِيلًا{
Artinya: “Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". [QS.
Al-Israa`: 85]
Oleh Karena itu, untuk menjawab
pertanyaan ini kita harus kembali kepada petunjuk Al-Qur`an dan As-Sunnah,
karena akal kita terbatas tidak mampu mencerna hal semacam ini.
Itulah hikmah kenapa Alloh
merahasiakan masalah ruh; untuk menyadarkan kita akan kelemahan akal kita dari
pengetahuan tentang makhluk yang berada dalam diri kita sendiri (ruh kita),
apalagi tentang penciptanya, tentu lebih tidak mengetahuinya. Seandainya kita
sadar akan hal itu, niscaya kita tidak berlaku sombong dan selalu menimbang
baik-buruk suatu perkara dengan syari’at, tidak dengan hawa nafsunya. [Lihat:
Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur`an jilid: 10, hlm. 283]
1.
Perjalanan Ruh Orang Mukmin
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa: ketika seorang mukmin meninggal, maka
turunlah malaikat dengan wajah putih bersinar dengan membawa kain kafan &
kamfer dari surga.
Kemudian, datanglah malaikat maut
seraya berkata: “Wahai ruh yang baik keluarlah kamu menuju ampunan Alloh dan
keridloan-Nya.” Maka ruh itu pun keluar dari jasadnya sebagaimana
menetesnya air yang keluar dari mulut cerek, lalu diletakkan di atas kain kafan
dari surga yang menyebarkan bau harum minyak kasturi.
Para malaikta membawanya naik ke
langit dan tidaklah ruh itu melewati seorang malaikat, melainkan malaikat
tersebut akan bertanya: “Ruh siapakah yang menyebarkan bau harum ini?”
Para malaikat yang membawanya menjawab: “(Ruh) fulan bin fulan” –mereka
menyebutkan nama panggilannya yang baik.
Sesampai langit ke tujuh mereka
berhenti, kemudian Alloh 'Azza wa Jalla berfirman: “Catatlah buku catatan
amal hamba-Ku ini di ‘illiyyin’” (yaitu: buku catatan amal shalih
orang-orang mukmin).
Selanjutnya Alloh berfirman: “Kembalikanlah
ruh ini ke bumi, karena Aku telah berjanji bahwa darinya Aku menciptakan
mereka, padanya Aku mengembalikan mereka dan darinya Aku mengeluarkan mereka
pada kesempatan yang lain.”
Kemudian ruh itu dikembalikan ke
bumi dan dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua malaikat seraya
mendudukkannya dan bertanya padanya: “Siapa Robbmu?” Ia menjawab: “Tuhanku
Alloh” Keduanya bertanya: “Apa agamamu?” Ia menjawab: “Agamaku
Islam” Keduanya bertanya: “Siapakah laki-laki yang telah diutus di
tengah-tengah kamu?” Ia menjawab: “Ia adalah Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam” Keduanya bertanya: “Apa yang telah kamu lakukan?”
Ia menjawab: “Aku membaca Kitab Alloh (Al-Qur`an), kemudian aku mengimaninya
serta membenarkannya.”
Lalu dihamparkan baginya permadani
di surga, dipakaikan baju dari surga dan dibukakan baginya pintu surga. Maka
terciumlah bau harum surga serta diluaskan kuburnya sejauh mata memandang.
Setelah itu datanglah amal shalihnya
dalam bentuk laki-laki rupawan menemaninya dan diperlihatkan baginya
kenikmatan-kenikmatan surga, sehingga ia sangat merindukan hari kiamat dan
memohon kepada Alloh agar menyegerakan datangnya hari kiamat.
2.
Perjalanan Ruh Orang Durhaka/ Kafir
Ketika orang yang durhaka/ kafir
meninggal, turunlah kepadanya para malaikat yang kasar lagi keras dengan wajah
hitam pekat dan membawa kain kafan yang kasar dari neraka. Kemudian datanglah malaikat
maut berkata padanya: “Wahai ruh yang jelek keluarlah menuju kemurkaan serta
kebencian Alloh!”
Malaikat maut itu memaksa ruh
tersebut untuk berpisah dengan jasadnya dan mencabutnya bagaikan mencabut besi
tusukan daging yang banyak cabangnya dari bulu domba yang basah, dimana
urat-urat sarafnya ikut terputus bersamaan dengan tercabutnya ruh.
Kemudian ruh tersebut diletakkan di
atas kafan dari neraka, lalu dibawa naik (ke langit) dan tersebarlah bau busuk.
Setiap kali melewati malaikat mereka bertanya: “Ruh siapakah yang jelek
ini?” Setibanya di pintu langit dunia, malaikat penjaganya tidak mau
membukakan pintu baginya.
Setelah itu, ruh tersebut
dilemparkan ke dasar bumi hingga menimpa jasadnya. Maka datanglah dua malaikat
seraya membentak dan mendudukannya seraya bertanya: “Siapa Rabbmu?” Ruh
yang durhaka tadi hanya bisa menjawab: “Hah…hah…aku tidak tahu.” Kedua
malaikat bertanya lagi: “Apa agamu?” Ia menjawab: “Hah…hah…aku tidak
tahu.” Keduanya bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang laki-laki yang
diutus di tengah-tengah kamu?” Ia pun tidak ingat sama sekali namanya dan
tidak mengetahuinya. Lalu dihamparkan baginya permadani dari neraka dan
dibukakan baginya pintu neraka, sehingga ia merasakan panas hembusan api neraka
dan angin panasnya. Kemudian kuburnya menghimpitnya, sehingga tulang rusuknya
hancur berantakan.
Setelah itu datanglah amal buruknya
dalam rupa manusia yang berwajah buruk, pakaiannya compang-camping dan berbau
busuk seraya berkata padanya: “Aku ini adalah amalmu yang jelek. Demi Alloh,
aku tidak mengetahuimu selain kamu adalah orang yang selalu melalaikan ketaatan
kepada Alloh serta senantiasa bermaksiat kepada-Nya, sehingga Alloh membalasmu
dengan kejelekan.”
Kemudian orang (buruk rupa) tadi
berubah menjadi buta, tuli dan bisu, tangannya menggenggam palu godam yang jika
gunung dipukul dengannya akan hancur.
Lalu dipukullah orang durhaka tadi
dengan palu godam tersebut sehingga hancur menjadi tanah, iapun menjerit keras
sekali yang didengar oleh setiap makhluk kecuali manusia dan jin. Alloh pun
mengulang-ulang kejadian tersebut; setelah hancur dikembalikan lagi, setelah
hancur dikembalikan lagi. Sehingga orang yang durhaka tadi berkat: “Wahai
Tuhanku, janganlah Engkau melaksanakan kiamat.” [Diringkas dari Riwayat
Imam Ahmad: IV/287, hadits shahih]
Demikianlah perjalanan ruh orang
mukmin dan orang durhaka antara bumi dan langit, hingga mereka ditanya oleh
kedua malaikat (Munkar dan Nakir).
Para ulama sepakat, bahwa setelah
jenazah dimasukkan ke liang kubur, maka ia akan akan menerima kenikmatan kubur
atau adzabnya, dimana hal itu akan dirasakan ruh dan jasadnya.
Ruh akan tetap merasakan nikmat atau
adzab kubur setelah ia berpisah dari jasadnya, serta sekali-kali ia berhubungan
dengan jasadnya, sehingga ia bersama jasad merasakan nikmat/ adzab kubur.
Setelah kiamat terjadi, ruh
dikembalikan ke dalam jasad dan bangkit dari kubur mereka untuk menghadap Rabb
semesta alam.
Kebenaran Siksa Kubur dan Neraka
Siksa kubur dan api neraka merupakan
perkara yang nyata dan benar adanya. Di antara dalil yang menunjukkan hal itu
adalah sabda Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang berbunyi:
«يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي
كَبِيرٍ» ثُمَّ قَالَ: «بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ،
وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ»
Artinya:
“Keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar.” Nabi
berkata: “Padahal itu dosa besar, dimana salah satu dari keduanya tidak menjaga
diri dari air kencing, dan yang lain suka mengadu domba.” [HR. Bukhari:
216]
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam telah memperingatkan kita agar senantiasa berlindung dari siksa
kubur terutama saat tasyahhud akhir sebelum salam:
«إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ
الْآخِرِ، فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ: مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ
الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ»
Artinya:
“Jika salah seorang di antar kamu telah selesai tasyahhud akhir, hendaklah
ia memohon perlindungan kepada Alloh dari empat hal: dari siksa api neraka,
siksa kubur, fitnah kehidupan dan setelah mati serta dari fitnah Dajjal.”
[HR. Muslim: 588]
Oleh karena itu, kita harus
mengetahui sebab-sebab diadzabnya seseorang dalam kubur agar kita segera
meninggalkannya, dan sebab-sebab diselamatkan darinya agar kita bisa
melakukannya.
1. Sebab-sebab mendapatkan adzab kubur
Yaitu: karena melalaikan perintah-Nya dan bermaksiat pada-Nya, seperti: mengadu domba, menggunjing, sombong, memakan harta riba, meninggalkan shalat, zakat maupun puasa, curang ketika menakar, serta kemaksiatan lainnya yang dilakukan oleh hati, mata, telinga, mulut, lidah, perut, kemaluan, tangan, kaki dan badan secara keseluruhan.
Yaitu: karena melalaikan perintah-Nya dan bermaksiat pada-Nya, seperti: mengadu domba, menggunjing, sombong, memakan harta riba, meninggalkan shalat, zakat maupun puasa, curang ketika menakar, serta kemaksiatan lainnya yang dilakukan oleh hati, mata, telinga, mulut, lidah, perut, kemaluan, tangan, kaki dan badan secara keseluruhan.
2. Sebab-sebab dilindungi dari adzab kubur
Secara garis besar yaitu dengan
menghindari sebab-sebab yang mendatangkan adzab kubur dan memperbanyak
melakukan ketaatan kepada Alloh 'Azza wa Jalla, mengikuti sunnah/
petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam serta bartaubat dari segala
dosa dan maksiat.
Akhirnya, semoga Alloh Subahanahu
wa Ta'ala menjadikan kuburan kita semua dan kuburan segenap kaum muslimin
sebagai sebuah taman dari pertmanan surga dan melindungi kita dari segala
fitnah yang mengancam kita. Amiin…
_______________
Nopi Indrianto, B.Sh., M.H.
Referensi: - Al-Qur`an Al-Karim
- Al-Jami’ Li Ahkam
Al-Qur`an
- Shahih Bukhari
- Shahih Muslim
- Musnad Imam Ahmad
- Perjalanan
Ruh Setelah Mati, karya: Khalid bin Abdurrahman asy-Syayi’.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus