Merupakan sebuah keharusan, agar do’a
yang kita panjatkan dikabulkan oleh Alloh 'Azza wa Jalla, kita
bersungguh-sungguh dalam berdo’a. Bahkan disyariatkan untuk bertawassul dalam
berdo’a, agar kita bisa taqorrub (mendekatkan diri) kepada Alloh,
sehingga do’a kita terkabul.
Namun sangat disayangkan masih ada
sebagian kaum muslimin yang berlebihan dalam bertawassul. Karena sangat
semangatnya agar do’anya terkabul, mereka bertawassul dengan sesuatu yang tidak
ada tuntunannya dalam Islam. Bahkan yang lebih menyedihkan, sebagian mereka
terjatuh dalam perbuatan syirik.
Memang tujuan mereka baik; mereka ingin
mendekatkan diri dengan wasilahnya. Tapi, karena hal itu tidak sesuai dengan
syariat, maka bukanya dia mendapat pahala malah menuai dosa, na’udzubillahi
min dzalika.
Sesungguhnya, yang mereka lakukan
tersebut tidak beda dengan yang dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy. Dimana
mereka menjadikan berhala, malaikat dan arang-orang sholeh sebagai wasilah
dalam berdo’a. Sebagaimana Alloh 'Azza wa Jalla gambarkan perbuatan
mereka dalam firman-Nya:
Artinya: “Ingatlah, hanya kepunyaan Alloh-lah
agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung
selain Alloh (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan Kami kepada Alloh dengan sedekat- dekatnya’. Sesungguhnya Alloh
akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Alloh tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat
ingkar.” [QS. 'Azza wa Jalla-Zumar: 3]
Ayat
ini menunjukkan kepada kita bahwasannya kaum musyrikin Quraisy adalah kaum yang
mengakui rububiyah Alloh. Mereka mengimani bahwasannya hanya Alloh-lah yang
menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki dan mengatur alam ini. Tapi
mereka menyekutukan Alloh dalam hal peribadatan pada-Nya. Itulah yang menjadi
sebab kenapa mereka tetap diperangi oleh Rasulullah dan para sahabat.
Hal
serupa juga terjadi pada kaum Nabi Nuh ‘Alaihis Salam. Mereka menyembah
patung-patung orang sholeh untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Tapi Alloh
menentang hal tersebut dan menetapkannya sebagai sebuah kesesatan.
Alloh 'Azza wa Jalla berfirman:
Artinya: “Dan mereka berkata: ‘Jangan
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa',
yaghuts, ya'uq dan nasr.’ Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan
(manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu
selain kesesatan.” [QS. Nuh: 23-24]
Kaum muslimin, sekarang kita tahu
bahwasannya wasilah dalam do’a dengan patung, batu, keris, pohon besar ataupun
orang yang sudah meninggal terlarang dalam Islam. Terus apa saja wasilah yang
disyariatkan dalam Islam?
Itulah kesempurnaan Islam; ketika Islam
mengharamkan sesuatu, maka ia menghalalkan lainnya yang lebih baik dari yang
diharamkan tersebut.
Ada tiga wasilah yang disyariatkan dalam
agama kita, di antaranya:
1.
Asmaa`ul Husna
Caranya:
ketika kita ingin berdo’a, kita memuji Alloh dengan menyebut nama-nama-Nya yang
indah (asmaa`ul husna) terlebih dahulu, barulah kemudian kita panjatkan
permohonan kita. Alloh 'Azza wa Jalla telah berfirman:
Artinya: “Hanya
milik Allah asmaa`ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa`ul
husna itu…” [QS. Al-A’rof: 180]
2.
Amal sholeh
Sebagaimana
yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, mengenai
tiga orang yang terjebak dalam gua, karena mulut gua tersebut tertutup oleh
batu besar. Kemudian mereka bertiga berdo’a dan masing-masing berwasilah dengan
amalnya yang terbaik yang pernah mereka lakukan.
-
Orang pertama berwasilah dengan amal sholehnya dalam berbakti kepada
orang tua.
-
Orang kedua berwasilah dengan
amal sholehnya dalam meninggalkan zina karena takut pada Alloh 'Azza
wa Jalla.
-
Orang ketiga berwasilah dengan amal sholehnya dalam menjaga amanah.
Setelah
mereka bertiga selesai berdo’a maka terbukalah mulut gua tersebut, sehingga
mereka bisa keluar darinya.
3.
Do’anya orang sholeh yang masih hidup
Artinya
kita meminta orang sholeh yang masih hidup untuk mendo’akan kebaikan bagi kita.
Hal itu sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Ummu Darda` Radhiallohu ‘Anha,
dimana beliau meminta sahabat Shofwan Radhiallohu ‘Anhu untuk mendo’akannya,
seraya membawakan hadits dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
«دَعْوَةُ الْمَرْءِ
الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ»
Artinya: “Do’a
seorang muslim untuk saudaranya secara tersembunyi mustajab.” [HR.
Muslim: 2733]
Akan
tetapi yang lebih utama/afdhol, kita memohon secara langsung kepada Alloh 'Azza
wa Jalla, tanpa meminta orang lain untuk mendo’akan kita. Karena hal itu akan
membuat kita lebih bertawakkal kepada Alloh, dan dikarenakan Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam telah bersabda:
«مَنْ يَكْفُلُ
لِي أَنْ لَا يَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا، وَأَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ»
Artinya: “Barang
siapa yang menjamin untukku dengan tidak meminta apapun kepada manusia, maka
aku jamin surga baginya.” [HR. Abu Daud: 1643, hadits shohih]
Kalau
boleh diumpamakan syariat Islam itu ibarat apotek lengkap yang buka 24 jam;
setiap kali orang butuh obat maka ia menyediakannya, setiap kali orang
menghadapi masalah maka Islam datang dengan solusinya.
Begitu
juga dalam masalah tawassul ketika berdo’a, Islam telah memberikan solusinya. Oleh
karena itu, kita tidak boleh melampaui batas, sampai bertawassul dengan sesuatu
yang terlarang, karena sudah ada tiga wasilah yang disyariatkan, yaitu:
a.
Bertawassul dengan asmaa`ul husna,
b.
Bertawassul dengan amal sholeh kita, dan
c.
Bertawassul dengan do’a orang sholeh yang masih hidup.
Saudaraku, tugas kita sebagai seorang
hamba adalah berusaha dan berdo’a semaksimal mungkin, kemudian bertawakkal pada
Alloh 'Azza wa Jalla. Kemudian kita harus yakin, apapun yang terjadi
adalah yang terbaik bagi kita, karena Alloh Mahatahu apa yang terbaik bagi
hamba-Nya.
Alloh 'Azza wa Jalla telah
berjanji akan mengabulkan do’a yang kita panjatkan selama tidak ada penghalang
. Akan tetapi terkadang Alloh tidak mengabulkan do’a sesuai permintaan kita.
Karena ada tiga bentuk pengabulan do’a, yaitu:
1)
Disegerakan di dunia,
2)
Diakhirkan sampai di akhirat kelak, dan
3)
Diselamatkan dari musibah yang senilai dengan do’anya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam telah bersabda:
« مَا مِنْ
مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ، إِلَّا
أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ، وَإِمَّا
أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا
أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا »
Artinya: “Tidaklah seorang muslim berdo’a
kepada Alloh 'Azza wa Jalla dengan sebuah do’a yang tidak mengandung dosa dan
tidak pula untuk memutus tali silaturahmi, melainkan Alloh akan mengabulkannya
dengan satu di antara tiga kemungkinan: baik permintaannya disegerakan di
dunia, atau diakhirkan di akherat kelak ataupun diselamatkan dari musibah yang senilai
dengan do’anya.” [HR. Ahmad: 11133, sanadnya baik]
Akhirnya,
semoga kita bisa mengambil pelajaran dari uraian yang singkat ini dan
mengamalkannya pada kehidupan sehari-hari. Dan semoga Alloh 'Azza wa Jalla
memberikan kekuatan kepada kita agar tidak goyah dalam menapaki jalan-Nya yang
lurus yang penuh dengan seruan yang ingin membelokkan kita dari jalan-Nya. Wallohu
A’lam bishshowab.
_______________
Nopi Indrianto, B.Sh., M.H.
Referensi:
1.
Al-Qur`an Al-Karim
2.
Mausu’ah Ahli Sunnah, karya Abdurrahman Dimasyqiyah
3. Mishbah
Al-Munir, karya Shofiurrahman Al-Mubarakfury
0 komentar:
Posting Komentar