Halaman

Kamis, 04 April 2013

Taubat




Sering kita mengaku, bahwasannya kita adalah orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan kita sangat tersinggung ketika ada orang yang menasehati kita agar senantiasa menjaga iman dan taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
            Kita sering lupa, bahwasannya iman itu naik-turun. Mau mengakui atau tidak, sesungguhnya kita manusia biasa; sering berbuat kesalahan dan dosa.
            Oleh karena itu, tidak sepantasnya kita sombong dan enggan untuk bertobat dari perbuatan dosa kita. Karena barang siapa yang tidak mau bertobat maka sesungguhnya dia adalah orang yang sombong kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
            Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:
« لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر »
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walaupun kesombongan itu sebesar biji sawi.”
 Apakah kesombongan itu?
« الكبر بطر الحق، وغمط الناس »
” Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”  [HR. Muslim: 147]
Dia tahu kalau dia bersalah, tapi marah ketika diperingatkan dan enggan untuk mengakui kesalahan serta menolak untuk bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
            Salah satu kewajiban kita sebagai seorang hamba adalah bertobat kepada Allah ‘Azza wa jalla, yaitu: kembali dari segala kemaksiatan menuju ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
            Allah Subhanahu wa Ta’ala  berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا }
“Wahai orang –orang yang beriman, bertobatlah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya tobat.” [QS. At-Tahrim: 8]
            Ayat ini menunjukan kepada kita kewajiban untuk segera bertobat dengan sungguh-sungguh dari segala dosa, yaitu: dengan segera meninggalkan perbuatan dosa, kemudian bersungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya dan senantiasa beristighfar setiap kali ingat dosa yang pernah dilakukannya.
Adapun jika dosa yang diperbuatnya berhubungan dengan hak manusia, maka dia wajib membayar sampai orang yang dizhalimi memaafkan.
            Sebagaimana ibadah-ibadah yang lain, tobat juga memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi. Barang siapa yang memenuhi persyaratan dalam tobatnya niscaya Allah akan mengampuni dosanya.
           

Syarat-syarat diterimanya tobat adalah sebagai berikut:
1.    Ikhlas karena Allah semata
Maksudnya bukan karena terpaksa dan bukan karena ingin mendapat pujian, bukan karena takut polisi atau malu sama Pak RT. Tapi dia bertobat semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala; karena mengharap ridho dan ampunan-Nya.
2.    Menyesal atas perbuatan dosanya
Karena penyesalan merupakan tanda bahwasannya ia sungguh-sungguh dalam bertobat. Dengan penyesalan, niscaya ia akan berhenti dan enggan untuk mengulangi dosanya.
3.    Berlepas diri dari perbuatan dosanya
Artinya: ia meninggalkan secara total perbuatan-perbuatan dosanya. Ini merupakan syarat yang paling penting dalam bertobat;
-          Jika ia telah berzina, maka segera tinggalkan zina dan jangan sampai mengulanginya.
-          Jika ia telah mencuri/ korupsi, maka segera bertobat dan mengembalikan uang yang diambilnya.
-          Jika ia telah menggunjing/ membicarakan kejelekan orang lain, maka segera ia berhenti dari menggunjing dan menebusnya dengan cara menyebutkan kebaikan orang yang ia gunjing di tempat ia menyebutkan kejelekannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala  berfirman:
{ قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ }
“Katakanlah kepada orang-orang kafir: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang lalu”. [QS. Al-Anfal: 38]
-          Adapun jika dosanya berupa meninggalkan kewajiban, maka ia segera menunaikan kewajibannya;  yang tadinya tidak sholat maka segera ia sholat, yang tadinya tidak membayar zakat maka segera ia bayar zakat, yang tadinya tidak puasa fardhu maka segera ia mengqodhonya.
-          Jika dosanya  berhubungan dengan hak Allah saja, maka segera ia bertobat dan tidak perlu menceritakannya kepada orang lain, kecuali sebagai pelajaran.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
« كل أمتي معافى إلا المجاهرين »
“Setiap umatku diampuni (dosanya) kecuali orang yang (bangga) menampakkan perbuatan dosanya.” [HR. Bukhori: 6069 dan Muslim: 2990]
Yaitu: orang yang bangga menampakkan/ menceritakan perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
4.    Bertekad kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya
Tidak seperti tobat sambel dan tidak seperti tobatnya orang yang terpaksa karena usahanya bangkrut atau karena hartanya ludes akibat judi.
5.    Bertobat pada waktu dimana tobat masih diterima, yaitu:
a.    Sebelim sakaratul maut/ ajal tiba
b.    Sebelum matahari terbit dari arah barat
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
{ وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ }
“Tobat itu tidak diterima dari orang yang melakukan kejahatan, kemudian ketika ajalnya tiba (barulah) ia mengatakan: “saya bertobat sekarang”. [QS. An-Nisa: 18]
Oleh karena itu, Fir’aun walaupun ia beriman kepada Allah ketika ditenggelamkan di laut Merah, maka imannya tidak bermanfaat lagi karena ajalnya telah tiba. [Lihat QS. Yunus: 90-91]
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
«من تاب قبل أن تطلع الشمس من مغربها، تاب الله عليه»
“Barang siapa bertobat (pada waktu) sebelum matahari terbit dari arah barat, niscaya Allah akan menerima tobatnya.” [HR. Muslim: 2704]
            Barangsiapa yang benar-benar dalam bertobat dengan memenuhi lima syarat tersebut di atas niscaya Allah akan menerima tobatnya. Sebagaimana Allah mensifati diri-Nya Maha Penerima Tobat dalam firman-Nya:
{ إنه هو التواب الرحيم }
“Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat (lagi) Maha Penyayang.” [QS. Al-Baqarah: 37]
Bahkan telah disebutkan dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori (3470) dan Muslim (2766), bahwa Allah menerima tobat seorang dari bani Israil yang telah membunuh 100 orang.
            Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat senang dengan tobat seorang hamba, melebihi senangnya orang yang kehilangan unta dan bekalnya di padang pasir, sampai-sampai tidak ada harapan lagi untuk hidup, kemudian tiba-tiba unta beserta perbekalannya muncul di hadapannya, karena sangat senangnya ia salah berucap: “اللهم أنت عبدي وأنا ربك” (Ya Allah Engkau hambaku dan aku tuhanmu). Sungguh Allah lebih senang dari orang tersebut. [HR. Muslim: 2747]
            Oleh karena itu jangan sampai kita ragu-ragu untuk bertobat, sungguh Allah akan menerima tobat orang yang sungguh-sungguh dalam bertobat. Wallahu A’lam bish showab… (Abu Zaid)

Referensi:
- Al-Qur`an Al-Karim
            - Shahih Bukhori
            - Shahih Muslim
            - Syarh Riyadh Ash-Shalihin, karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

_______________
Nopi Indrianto, B.Sh., M.H.

0 komentar:

Posting Komentar