KEMBALI MENUJU KESUCIAN DIRI
Amirudin bin Salimin Bashori*)
Segala puji hanya milik
Alloh Robb semesta alam. Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurah kepada
Nabi kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabat, dan
orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai hari kiamat.
Pembaca yang budiman,
merupakan suatu hal yang telah diketahui melalui dalil syar’i maupun secara
realita (waqi`), bahwa manusia diciptakan oleh Alloh dalam keadaan suci
bersih. Hanya saja Alloh Ta’ala telah menitipkan dalam jiwa manusia hawa nafsu
dan kelurusan, sehingga manusia ada yang baik dan ada pula yang buruk.
Bagi mereka yang memilih
kelurusan maka dia selamat dan bahagia. Dan bagi mereka yang memperturutkan
hawa nafsu maka akan mengalami perasaan tidak pernah puas dengan apa yang
dilakukannya sehingga makin terus terjerumus ke lembah kenistaan karena
memperturutkan hawa nafsunya. Oleh karena itu, berbahagialah bagi orang-orang
yang bisa menahan hawa nafsunya dari berbagai penyimpangan moral dan kerancuan
berfikir karena Alloh telah manjanjikan baginya surga, dan celakalah bagi
orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan tidak mengindahkan bimbingan
Robbnya, dia akan menuai siksa neraka.
} قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10) {
“Sungguh
telah beruntung orang yang menyucikan jiwanya. Dan sungguh rugi orang yang
mengotorinya.” [1]
} فَأَمَّا
مَنْ طَغَى (37) وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ
الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى (39) وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى
(40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41) {
“Maka
adapun orang yang melampaui batas (dengan memperturutkan hawa nafsunya). Maka sesungguhnya
nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Robbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka surgalah tempat
tinggalnya.”[2]
Alloh
Ta’ala juga telah berfirman:
} أَفَرَأَيْتَ
مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى
عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ
يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (23)
{
“Maka, pernahkah kamu
melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Alloh
membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk setelah Alloh (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”[3]
Inilah keadaan sebagian manusia, ia amat ingkar dan enggan
meniti jalan petunjuk dan lebih memilih jalan kesesatan. Sungguh manusia
amatlah zalim dan melampaui batas. Senantiasa melakukan kesalahan, kelalaian
dan ketidakistiqomahan dalam meniti hidup di atas jalan Alloh. Namun dengan
segala kekurangan yang ada pada manusia, Alloh masih memberikan kasih sayang
dengan membuka pintu taubat dan memuji orang-orang yang kembali kepada Alloh
dari kesalahan dan dosa yang diperbuatnya.
Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
( كل بني آدم
خطاء و خير الخطائين التوابون )
“Setiap
manusia suka berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang
yang kembali kepada Alloh (bertaubat).”[4]
Wahai orang-orang yang masih memperturutkan hawa nafsunya…
Kembalilah kepada Alloh
dan bertaubatlah. Sesungguhnya Alloh Maha Menerima taubat. Bersegeralah anda
bertaubat sebelum datang kepadamu kematian yang memutus dan menutup pintu
taubat. Betapa Alloh sangat senang dengan taubat hamba-Nya dan betapa murka
kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya.
}إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ
بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ
وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (17) وَلَيْسَتِ
التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ
الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ
أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (18){
“Sesungguhnya, taubat di sisi Alloh adalah
taubat bagi orang-orang yang melakukan kejahatan (dosa) lantaran kejahilan
(keteledoran dan mengikuti hawa nafsu), kemudian mereka bertaubat dengan
segera, maka mereka itulah yang diterima Alloh taubatnya, dan Alloh Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Alloh dari
orang-orang yang mengerjakan kejahatan (dosa) yang hingga apabila datang ajal
kepadanya, (barulah) dia mengatakan: “aku bertaubat sekarang” dan (tidak pula
diterima taubat) orang yang mati dalam keadaan kafir. Bagi orang-orang itu
telah Kami siapkan siksa yang pedih.”[5]
Sungguh, Alloh lebih senang dengan taubat seorang hamba
melebihi rasa bahagia yang dirasakan oleh seorang yang mengadakan perjalanan
jauh di tengah padang
pasir yang ia berbekal dengan makanan dan minuman yang ada pada kendaraanya.
Lalu dia tersesat dan kehilangan kendaraanya, sehingga dia terus mencarinya
sampai putus asa sehingga dia bersandar di sebatang pohon menunggu kematian,
lalu tertidur dan ketika bangun ternyata dia mendapati kendaraan dengan segala
perbekalannya ada di sisinya, dengan bahagianya dia langsung memegang kendaraan
tersebut dan sampai tersalah dalam berucap karena saking bahagia yang dia
rasakan. Namun, Alloh lebih bahagia ketika seorang hamba bertaubat kepada-Nya
dari pada orang ini.[6]
Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bertaubat dan
memperbaiki diri sebesar apapun kesalahan dan dosa kita. Apabila kita mau
menengok kepada generasi awal umat ini seperti Umar bin Al Khottob, Kholid bin
Al Walid, Amr bin Al Ash, dan yang lainnya dari kalangan para sahabat sebelum
mereka masuk Islam, mereka adalah orang-orang yang biadab dan keras. Namun,
setelah mereka bertaubat dan memeluk Islam, mereka menjadi orang-orang yang
terbaik umat ini. Semoga Alloh meridhoi mereka semua.
Maka, marilah perbaiki diri ini dan berhentilah dari
kemaksiatan kepada Alloh. Sesunggguhnya perbuatan baik akan menutupi perbuatan
buruk. Dan sekaranglah saatnya bagi kita untuk tunduk kepada Alloh dengan
segala perintah-Nya.
} إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ
السَّيِّئَاتِ {
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghilangkan perbuatan
buruk (dosa)”.[7]
}أَلَمْ يَأْنِ
لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ
الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ
الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (16) {
“Belumkah tiba saatnya
bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Alloh dan
kepada kebenaran yang turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum mereka, kemudian berlalulah masa yang
panjang kemudian hati merek menjadi keras membatu. Dan kebanyakan mereka
menjadi orang-orang fasik”.[8]
Sungguh Alloh amat luas kasih sayang-Nya dan sangat
menerima taubat hamba-Nya yang sungguh-sungguh. Alloh tidak memandang seberapa
besar dosa hamba, akan tetapi Alloh menilai kesungguhan hamba dalam bertaubat.
Dalam banyak ayat, Alloh menerangkan:
}وَاسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ (90){
“Dan mohon ampunlah kepada Robbmu,
kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sungguh, Robbku Maha Penyayang lagi Maha
Pengasih.”[9]
}وَتُوبُوا
إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (31){
“Dan
bertaubatlah kalian seluruhnya kepada Alloh wahai orang-orang yang beriman agar
kalian beruntung”.[10]
}قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ
لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53)وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا
لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ(54){
“Katakanlah: wahai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya (dengan dosa) janganlah
kalian berputus asa dari kasih sayang Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengampuni
semua dosa. Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah
kepada Robb kalian dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang kepada kalian
siksaan kemudian kalian tidak ditolong”.[11]
}يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ
عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ{
“Wahai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang semurni-murninya,
mudah-mudahan Robbmu mengampuni dosa-dosamu dan memasukanmu ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai”.[12]
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Rodliallohu ‘Anhu berkata:
“Aku mendengar Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Alloh berfirman: “Wahai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan
mengharap kepada-Ku niscaya Aku ampuni dosa yang ada padamu, Aku tidak peduli.
Wahai anak Adam! Walaupun dosa-dosamu mencapai ketinggian langit, kemudian kamu
meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika
engkau datang kepada-Ku dengan sepenuh bumi kesalahan, kemudian kamu menemui-Ku
dalam tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun niscaya Aku ampuni kamu
dengan ampunan sebesar bumi pula”.[13]
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
)إِنَّ اللَّهَ عز وجل يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ
لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ
لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حتى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ من مَغْرِبِهَا(
“Sesungguhnya Alloh
membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat
dosa si siang hari. Dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima
taubat orang yang berdosa di malam hari sampai matahari terbit dari arah barat”.[14]
Alloh berfirman:
}وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ (133){
“Dan bersegeralah kamu
mencari ampunan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit-langit dan bumi
yang telah disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”.[15]
Maka, setelah kita mengetahui dari dalil-dalil di atas
menunjukkan akan besarnya dan luasnya kasih sayang Alloh. Dan Dia adalah Maha
Menerima Taubat.
Oleh karena itu, bagi orang yang ingin bertaubat kepada
Alloh harus memenuhi syarat diterimanya taubat, agar dia termasuk orang-orang
yang mensucikan diri dan diterima taubatnya oleh Alloh ‘Azza wa Jalla.
Adapun syarat-syarat diterimanya taubat ada enam, yaitu:
1. Ikhlas kepada Alloh.
Maka, tujuan manusia bertaubat
adalah kerena Alloh, agar Dia menerima taubatnya dan mengampuni dosanya. Bukan
untuk riya (pamer) dan mencari perhatian orang lain atau agar selamat dari
penguasa dan yang lainnya.
Tidak lain dia bertaubat
untuk mencari wajah Alloh semata dan kehidupan akherat serta ampunan.
2. Menyesal dari
kemaksiatan.
Karena menyesali
perbuatan dosa merupakan tanda akan kejujuran taubat seseorang agar mendapatkan
ampunan.
3. Berhenti dari perbuatan
dosa (maksiat)
Hal ini merupakan di
antara yang terpenting dalam syarat-syarat bertaubat. Jika perbuatan dosa itu
karena meningggalkan kewajiban maka syaratnya adalah dengan mengerjakan
kewajiban itu. Dan jika perbuatan dosa itu karena melakukan keharaman maka dia
harus berhenti dan meninggalkannya.
4. Bertekad untuk tidak
kembali kepada perbuatan maksiat.
Yaitu seseorang ketika
dia telah bertobat, maka harus bertekad untuk tidak mengulanginya kembali di
waktu yang akan datang. Maka, jika dia berniat untuk kembali melakukan maksiat
itu lagi maka taubatnya tidak sah.
5. Bertaubat di waktu masih
dibuka pintu taubat.
Pintu taubat senantiasa
terbuka bagi seorang hamba jika dia belum menemui satu dari dua hal, yaitu:
a. Kematian.
Taubat seseorang
diterima oleh Alloh selama nyawa belum sampai ke kerongkongan. Jika nyawa telah
sampai ke kerongkongan maka taubatnya tidak diterima.
Alloh Berfirman (yang
artinya) :
“Dan tidak ada taubat
bagi orang yang berbuat dosa hingga datang kepada kepada mereka kematian lalu
dia mengatakan: “Aku bertaubat sekarang”.[16]
Alloh Berfirman tentang
orang musyrik (yang artinya) :
“Maka ketika mereka
melihat siksa kami, mereka berkata: “kami hanya beriman kepada Alloh saja, dan
kami ingkar kepada sesembahan-sesembahan yang kami persekutukan dengan Alloh.
Maka iman mereka tidak berguna lagi ketika mereka melihat siksa kami. Itulah
(ketentuan) Alloh yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan ketika itu
rugilah orang-orang kafir”.[17]
6. Apabila maksiat tersebut
berkenaan dengan hak orang lain maka dia harus mengembalikan haknya. Jika
berupa harta harus dikembalikan kepada pemiliknya, jika hal tersebut berkenaan
dengan kehormatan maka meminta maaf dan meminta halalnya. Jika hal tersebut
berupa gunjingan maka meminta maaf jika orang yang digunjingi mengetahuinya dan
cukup memintakan ampun untuknya jika tidak mengetahuinya.
Inilah pemaparan tentang
penyucian diri dari dosa-dosa agar kita menjadi orang-orang yang selamat di
hadapan Alloh Ta’ala di hari kiamat.
Alloh Ta’ala
Berfirman:
}يَوْمَ لَا
يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89){
“(pada hari kiamat)
tidak bermanfaat harta benda dan anak-anak kecuali orang-orang yang menghadap
Alloh dengan hati yang bersih”.[18]
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
)التَّائِبُ من الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ له(
“Orang yang bertaubat dari dosa bagaikan
orang yang tidak memiliki dosa”.[19]
Marilah
kita meminta kepada Alloh agar menerima amal kebaikan kita dan mengampuni
dosa-dosa kita. Amin ya Robbal ‘alamin.
Sholawat
dan Salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabat dan
seluruh orang-orang yang mengikutinya dengan baik.[20]
Referensi:
1.
Al Qur’anul Karim
2.
Shohih Al Bukhori, penerbit: Baitul Afkar Ad Dauliyah-Riyadh, KSA.
3.
Shohih Muslim Syarh Imam Nawawi, penerbit: Baitul Afkar Ad Dauliyah-Riyadh, KSA.
4.
Sunan At Tirmidzi, penerbit: Baitul Afkar Ad Dauliyah-Riyadh, KSA.
5.
Sunan Ibnu Majah, penerbit: Baitul Afkar Ad Dauliyah-Riyadh, KSA.
6.
Shohih Sunnah At Tirmidzi, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, penerbit: Maktab
At Tarbiyah Al Aroby-Riyadh, KSA.
7.
Shohihul Jami’ Ash Shoghir, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, penerbit: Al
Maktab Al Islamy-Beirut, Libanon.
8.
Syarh Riyadhu Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, penerbit:
Madarul Wathon- Riyadh, KSA.
9.
Tazkiyatun Nufus, Syaikh Dr. Ahmad Farid Al Mishri, penerbit: Darul
Qolam- Beirut, Libanon.
10.
Ar Rohikul Makhtum, Syaikh Shofiyurrohman Mubarokfury, penerbit: Darul
Wafa’-Mesir.
[1] Q.S. Asy-Syams : 9-10
[2] Q.S. An-Nazi’at : 37-41
[3] Q.S. Al
Jatsiyah: 23
[4] H.R. At
Tirmidzi no. 2499, Ibnu Majah no. 4251 dan dihasankan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shohih Sunan At Tirmidzi no. 2629
[5] Q.S. An-Nisa
: 17-18
[6] Lihat hadits
Anas bin Malik dalam Shohih Al Bukhori no. 6309 dan Muslim no.
2747
[7] Q.S. Hud:
114
[8] Q.S. Al Hadid: 16
[12] Q.S. At Tahrim:
8
[13] H.R. At-Tirmidzi
no. 3540
[14] H.R. Muslim no.
2759
[15] Q.S. Ali
Imron: 133
[16] Q.S. An
Nisa: 18
[17] Q.S. Ghofir:
84-85
[18] Q.S. Asy
Syu’aro: 88-89
[20] Materi Khutbah
Idul Fitri tahun 1433 H/ 2012 M untuk kaum muslimin Jl. Singkep, Sidanegara,
Cilacap.
0 komentar:
Posting Komentar