Sudah menjadi maklum bahwasanya Rosululloh Shallallohu 'Alaihi wa Sallam telah bersabda:
((إنما الأعمال بالنيات))
"Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya." [Muttafaq 'Alaih]
Niat menjadi pembeda antara amal ibadah dengan adat/kebiasaan, ia juga sebagai penentu antara jenis ibadah yang satu dengan yang lainya.
Hanya niat yang ikhlas dan bersih dari noda syirik, serta mengikuti qudwah Sayyidul Basyar Rosululloh Shallallohu 'Alaihi wa Sallam yang akan mengantarkan amal ibadah kita ke haribaan Sang Khaliq. Karena kedua poin tersebut menjadi syarat diterimanya sebuah amal ibadah.
Yang perlu diketahui, niat merupakan amalan hati, sehingga kita tidak bisa menentukan nilai keikhlasan seseorang dengan melihat lahirnya.
Dan ada kalanya ibadah perlu untuk diperlihatkan karena adanya kemaslahatan tertentu. Sebagaimana syiar-syiar Islam yang harus ditampakkan agar orang lain termotivasi untuk melaksanakannya, seperti: adzan, shalat jamaah (bagi kaum adam), zakat dan semisalnya.
Berkata Fudhail bin 'Iyadh
rohimahulloh:
(ترك العمل من أجل الناس رياء، العمل من أجل الناس شرك، والإخلاص أن يعافيك الله منهما)
"Meninggalkan amal karena manusia (termasuk perbuatan) riya', dan beramal karena manusia merupakan perbuatan syirik. Sedangkan ikhlas adalah jika Allah menyelamatkanmu dari keduanya." [Dinukil dari kitab Syarah Arba'in Nawawiyyah, Ta'liq Imam An Nawawi]
Wallohu A'lam bish showab.